Sabtu, 01 Desember 2012

penelitian kebijakan RRA


RAPID RURAL APRAISAL
“Genk” di Kalangan Pelajar SMP yang Menimbulkan Tawuran”

 


Di susun oleh :






Disusun oleh :
1.        Elinda Emza K.              (11110241001)
2.        Nining Hariyatun           (11110241012)
3.        Ida Sulistyowati             (11110241013)
4.        Atik Ismawati                          (11110241037)
5.        Nurul Solikhah              (11110244028)

Universitas Negeri Yogyakarta
Filsafat dan Sosiologi Pendidikan
Kebijakan Pendidikan
2012
RAPID RURAL APRAISAL
“Genk” di Kalangan Pelajar SMP yang Menimbulkan Tawuran”

1.      Judul 
“Genk” di kalangan pelajar SMP

2.      Alasan
Kami mengangkat tema ini dikarenakan sekarang ini banyaknya      “Genk” dikalangan pelajar yang ini menjadi cikal bakal tawuran dikalangan pelajar.

3.      Metode
Metode yang akan kami gunakan dalam penelitian ini adalah:
·         Desain teknik wawancara dan pertanyaan untuk wawancara dengan informan individu
·         Teknik wawancara kelompok, termasuk kelompok fokus wawancara
Dengan metode ini kami akan melaksanakan penelitian dengan cara wawancara kelompok, antara kami dengan anggota “Genk” tersebut. Dengan cara ini kami bisa menyelami dan mendalami dunia mereka dan dengan ini kami bisa memperoleh informasi yang lebih akurat, dikarenakan kita terjun langsung kedalam dunia mereka.

4.      Tujuan
Tujuan dari penelitian ini, diharapkan kami mampu memperoleh informasi yang akurat dari narasumber. Kami bisa mengaetahui apa alasan mereka bisa bergabung dengan “Genk” tersebut dan apa yang melatarbelakangi mereka bisa terlibat dalam aksi tawuran antar pelajar tersebut. Dengan penelitian ini, nantinya kami berharap dapat memberikan solusi dari “Genk” yang menjadi cikal bakal dari tawuran dikalangan pelajar ini.

kapita selekta tokoh-tokoh pendidikan "Mohammad Syafe'i"


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Pendidikan karakter akhir-akhir ini terdengar kian menggema. Di mana-mana orang berbicara mengenai pendidikan karakter. Bahwa pendidikan karakter sangat penting ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini, dan bahwa pendidikan karakter akan menjadi jawaban dari berbagai persoalan yang tengah dihadapi bangsa ini. Maka, mulailah sekolah-sekolah dan instansi pendidikan menerapkan konsep pendidikan karakter ke dalam kurikulum yang terus dikembangkan. Namun, jauh sebelumnya Mohammad Syafei, tokoh pendidikan nasional yang sekaligus pendiri INS Kayutanam telah menerapkan konsep pendidikan karakter kepada murid-muridnya di sekolah tersebut.
            Moh. Syafei lahir pada tanggal 21 Januari 1896 di Sumatra Barat. Beliau merupakan anak dari Ibrahim Marah Sutan dan Andung Chalijah. Pendidikan yang ditempuh Moh. Syafei adalah sekolah raja di Bukit Tinggi, dan kemudian belajar melukis di Batavia (Jakarta), sambil mengajar di sekolah Kartini. Pada tahun 1922 Moh. Syafei menuntut ilmu di Negeri Belanda dengan biaya sendiri. Disini ia bergabung dengan “Perhimpunan Indonesia”, dan menjabat sebagai ketua seksi pendidikan. Pada tanggal 31 Oktober 1926 beliau mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama Indonesische Nederland School (INS), yang bertempat di Kayu Tanam sekitar 60km di sebelah utara kota Padang. Saat Indonesia merdeka, Moh. Syafei diangkat menjadi Ketua Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan untuk Sumatra dan selanjutnya mendirikan ruang pendidikan dan kebudayaan di Padang Panjang. Moh. Syafei pernah menjadi Menteri Pengajaran dalam kabinet Syahril II, pada tanggal 12 Maret 1946 - 2 Oktober 1946 serta menjadi anggota DPA.
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep pemikiran pendidikan menurut Moh. Syafei?
2.      Apa dasar filosofis pendidikan yang dikemukakan oleh Moh. Syafei?
3.      Bagaimana Teori Pendidikan dari Moh. Syafei?
4.      Apa saja yang terkandung dalam prinsip dan metode pendidikan Moh. Syafei?
5.      Bagaimana sejarah singkat INS Kayutanam yang didirikan oleh Moh. Syafei?
6.      Pemikiran apa yang masih digunakan saat ini dari peninggalan Moh. Syafei?
PEMBAHASAN

A. Konsep Pemikiran Pendidikan Menurut Moh. Syafei
            Pada saat Moh. Syafei belajar di Belanda, beliau mempunyai tujuan memperluas wawasan dan pengalaman, agar dapat menjawab pertanyaan, bagaimana corak pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia yang dapat mencerdaskan otaknya? Setelah mempelajari, menyelami, dan mempertimbangkan baik-buruknya, sampailah pada kesimpulan bahwa pendidikan dan pengajaran yang tepat diberikan kepada bangsa Indonesia adalah pendidikan dan pengajaran yang mampu mengaktifkan murid. Moh. Syafei juga mempunyai prinsip pen­didikan merupakan sesuatu yang melahirkan kemandirian dan kreatifitas. Selain itu Moh. Syafei juga mengemukakan “bahwa metode dan sistem pendidikan yang tepat untuk bangsa yang merdeka, ialah seperti apa yang berlaku di negeri mer­deka, bukan seperti yang berlaku di negeri jaja­han”       

B. Dasar Filosofis Pendidikan
a.      Nasionalisme
            Muhammad Syafei mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme dalam arti konsep dan praktek penyelenggaraan pendidikan INS Kayutanam di dasarkan pada cita-cita menghidupkan jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersenjatai dirinya dengan alat daya upaya yang dinamakan aktif kreatif untuk menguasai alam. Mohammad Syafei dipengaruhi oleh pandangan-pandangan Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker dan Perhimpunan di negeri Belanda. Karena semangat nasionalismenya yang sedang tumbuh menimbulkan pertanyaan, mengapa bangsa Belanda yang jumlahnya sedikit dapat menguasai bangsa Indonesia yang jumlahnya sangat besar. Ternyata faktor alam dan lingkungan masyarakat mempengaruhi jiwa manusia. Nasionalisme dari Moh. Syafi adalah nasionalisme progmatis yang didasarkan pada agama, yaitu nasionalisme yang tertuju pada membangun bangsa melalui pendidikan agar menjadi bangsa yang pandai berbuat untuk kehidupan manusia atas segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan. Moh. Syafei menyatakan Tuhan tidak sia-sia menciptakan manusia dan alam lainnya. Tiap-tiapnya mesti berguna, dan kalau ini tidak berguna hal itu disebabkan karena kita yang tidk pandai menggunakannya.

b.      Developmentalisme
            Pandangan pendidikan Moh. Syafei sangat dipengaruhi oleh aliran Developmentalisme, terutama oleh gagasn sekolah kerja yang dikembangkan oleh John Dewey dan George Kerschensteiner, serta pendidikan alam sekitar yang dikembangkan Jan Ligthar. Dan pendapat dari para tokoh tersebut adalah sebagai berikut:
Ø  Pandangan John Dewey bahwa pendidikan harus tertuju pada efesiensi sosial, atau kemanfaatan pada kehidupan sosial, dan belajar berbuat atau belajar melalui pengalaman langsung yang lebih dikenal dengan sebutan learning by doing, mempunyai pengaruh besar terhadap konsep pendidikan Muhammad Syafei.
Ø   Menurut Kerschensteiner, tugas utama pendidikan adalah pengembangan warga negara yang baik, dan sekolah aktivitasnya berusaha mendidik warga Negara yang berguna dengan jalan:
1.      Membimbing anak untuk bekerja menghidupi dirinya sendiri.
2.      Menanamkan dalam dirinya gagasan bahwa setiap pekerjaan mempunyai tempatnya masing-masing dalam member pelayanan kepada masyarakat. 
3.      Mengajarkan kepada anak bahwa melalui pekerjaannya,ia akan member sumbangan dalam turut serta membantu masyarakat untuk kearah suatu kehidupan bersama lebih sempurna.
Gagasan dan model sekolah yang dikembangkan Kersschenteiner sangat mempengaruhi konsep dan praktek pendidikan Mohammad Syafei di INS Kayu Tanam.
Ø Menurut Jan Lightart, seorang guru haruslah memperlakukan murid dengan kasih sayang. Oleh karena itu, teori pendidikannya disebut pedagogik lemah lembut atau “soft pedagogy”. Konsep Jan Lightart tentang sekolah kerja yang menyelenggarakan pendidikan alam sekitar, sangat mempengaruhi konsep pendidikan Moh. Syafei yang diterapkan dalam pendidikan INS Kayutanam.


C. Teori Pendidikan Dari Moh. Syafei
v  Fungsi Pendidikan
1.    Pendidikan menurut Moh. Syafei memiliki fungsi membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam perkembangan kehidupan dan persaingan dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin antar bangsa (Thalib Ibrahim, 1978: 25). Disini tampak bahwa pendidikan berfungsi sebagai instrumen yang digunakan manusia dalam mengarungi evolusi kehidupan. Manusia tau kelompok tertentu dalam evolusi kehidupan dapat tersisih dan kalah, seperti bangsa Indonesia kala itu, karena tingkat kesempurnaan hidup lahir dan batinnya memang berada pada tingkat yang rendah. Untuk mengatasi hal ini, mereka membutuhkan pendidikan yang tepat.
2.    Manusia dan bangsa yang dapat bertahan ialah manusia dan bangsa yang dapat mengikuti perkembangan masyarakat atau zamannya. Untuk kepentingan ini ia mengusulkan konsep sekolah kerja atau sekolah kehidupan atau sekolah masyarakat.

v  Tujuan Personal Pendidikan
1.      Tunjuan pendidikan dan  pengajaran adalah membentuk secara terus menerus kesempurnaan lahir dan batin anak agar anak dapat mengikuti perkembangan masyarkat yang selalu mengalami perubahan dan kemajuan. Kesempurnaan lahir dan batin ini ditafsirkan berlainan antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lainnya, antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Namun demikian, setiap bangsa atau masyarakat ingin keluar sebagai pemenang dalam perlombaan yang maha seru antara mereka dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin ini (Thalib Ibrahim, 1978: 24-25). Selain kesempurnaan lahir dan batin ini berbeda-beda, ia juga selalu berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejarah peradaban manusia menunjukkan hal ini, yaitu perubahan dari tingkat hewani dan primitif menuju
2.      Pemikiran Syafei di atas menyarankan kesempurnaan hidup lahir dan batin yang harus selalu diperbaharui. Hal ini terungkap dalam pemikiran G. Revesz seperti yang dikutip oleh Syafei “bahwa lapangan pendidikan mesti berubah menurut zamannya, seandainya orang masih beranggapan, bahwa susunan pendidikan dan pengajaran yang berlaku sekarang adalah sebaik-baiknya dan tidak akan diubah lagi, maka orang atau lembaga yang berpendirian dan berpikir demikian telah jauh menyimpang dari kebenaran”. Mengenai pendidikan yang berlaku kini (zaman Hindia Belanda), Syafei mengutarakan bahwa murid itu hanyalah dijadikan obyek dari guru, dan guru merupakan subyek. Kini harus dirombak berupa muridlah yang merupakan subyek yang dipimpin oleh guru dan orang tua.
3.      Dari uraian diata, tujuan personal pendidikan menurut Syafei dapat dideskripsikan dengan ringkas sebagai berikut:
Manusia yang sempurna lahir dan batin karena jiwa dan hatinya terlatih dan otaknya berisi konsep-konsep ilmu, hingga ia berbuat aktif kreatif dalam menghidupi lingkungannya.

v Kurikulum
1.    Kurikulum yang dikembangkan Moh. Syafei merupakan kurikulum untuk pendidikan dasar. Meskipun demikian, untuk tahun-tahun awal sekolah dasar ia menghendaki kurikulumnya berupa pendidikan prasekolah. Contohnya kegiatan bermain-main dengan pasir, kertas dan lain-lain mendapat perhatian istimewa. Dengan demikian dari segi ini, kurikulum pendidikan dasarnya terdiri atas kurikulum pendidikan dan kurikulum pendidikan prasekolah. Adapun dari segi tujuan personal pendidikan, kurikulumnya terdiri atas pendidikan umum dan pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruannya disebut sebagai pelajaran pekerjaan tangan. Yang menjadi pusat dari seluruh kurikulumnya adalah pelajrn pekerjaan tangan. Hal ini sesuai dengan pandangannya bahwa perbuatan atu aktivitas adalah saluran terbaik pengetahuan menuju jiwa atau kesadaran seseorang.

2.    Kurikulumnya dapat distrukturkan dengan cara sebagai beikut:
Fungsi
Pelajaran
Pengembangan daya khayal, logika kerja/praktis, dan tabiat/karakter.



·      Penggunaan bahasa ibu secara merdeka. 
·      Mengarang secara merdeka.
·      Bermain pasir secara merdeka.
·      Berkebun secara merdeka.
·      Membentuk tanah liat secara merdeka.
·      Menggunting dan merekat kertas secara merdeka.
·      Bermain drama kreasi sendiri.

Pengembangan pengertian konkrit atau konsep.



·      Membuat peraga atau peragaan antara lain: bersandiwara, berkebun, pekerjaan tangan dengan tanah liat, kertas, rotan, bambu, daun kelapa dan lain-lain untuk kepentingan ilmu bumi, sejarah dan ilmu hayat.

Beberapa mata pelajaran dibahas Syafei secara khusus, sebagai berikut:
a)      Bahasa Ibu
Bahasa ibu banyak memberi kesempatan untuk berpikir dan melatih otak. Bahasa ibu terdiri dari 3 kategori yaitu:
§  Belajar bahasa ibu yang pasif yaitu, belajar tata bahasanya yang merupakan bekal penting anak kelak. Disebut pasif karena tugas anak bersifat menerima (reseptif).
§  Belajar bahasa ibu yang setengah aktif yaitu, terjadi ketika anak berfikir sendiri atas bantuan guru, misalnya melalui pertanyaan yang mengarahkan dari guru.
§  Belajar bahasa ibu yang aktif yaitu, tahapan manakala anak menghasilkan sendiri atau menciptakan sendiri. Belajar secara aktif bahasa ibu dapat terjadi melalui banyak bertanya, dialog dengan anak tentang pengalaman anak, atau dengan memandu anak untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya sendiri melalui cerita sesuai dengan imajinasi anak.

b)      Menggambar
Menggambar adalah kegiatan menyatakan bangunan dari suatu obyek dan rinciannya. Pelajaran menggambar melibatkan lahir dan batin anak, dengan kepasifan atau keaktifan jiwa anak. Syafei membagi pelajaran menggambar atas:
1.      Menggambar bebas
2.      Menggambar menurut contoh:
·      Gambar orang lain
·      Benda-benda buatan manusia
·      Benda-benda alam
3.      Menggambar diluar kepala
4.      Menggambar kerangka
5.      Menggambar gelas, otak dll.
6.      Menggambar garis lurus
7.      Menggambar dengan cat air
8.      Menggambar perspektif

c)      Membersihkan Sekolah
Disekolah-sekolah kegiatan membersihkan sekolah yang ringan-ringan dikerjakan oleh siswa dengan adanya jadwal piket (tugas) kelas. Hal yang ditekankan oleh Syafei adalah bekerja tuntas dari awal sampai akhir, tertib penggunaan peralatan dan langkah-langkah kerja harus diperhatikan. Sasaran kegiatan ini adalah pembentukan tabiat yang positif. Kerja kelompok ini merupakan sarana pelatihan kecakapan-kecakapan sosial seperti: komunikasi, kepemimpinan, tenggang rasa, dan kerja sama.

d)     Berkebun
Berkebun memiliki karakteristik fungsi kependidikan  yang sama dengan membersihkan sekolah. Namun, berkebun memiliki kelebihan-kelebihan tertentu, seperti aktivitas yang lebih menuntut perhatian yang berkepanjangan karena tahapnya yang dimulai dengan persiapan, penanaman, pemeliharaan, dan pemetikan hasil.

e)      Bermain-main
Bermain-main yang dimaksud Syafei ialah kegiatan yang menyenangkan yang  merupakan pendidikan yang penting bagi anak. Dalam permainan ini emosi spontanitas anak muncul dan berkembangdengan luar biasa. Pemikirannya pun bekerja merancang perbuatan dan mengambil keputusan. Beraksi dengan cepat atas tekanan-tekanan dan aksi-aksi yang muncul untuk memenangkan permainan. Ini statusnya sama dengan latihan-latihan berpikir yang terjadi dikelas.

f)       Standen
            Standen adalah permainan kelompok dengan menyusun tubuh-tubuh anggota permainan kesamping atau ke atas sedemikian rupa, di bantu oleh gerakan atau posisi anggota tubuh, dan dapat diiringi nyanyian dan musik. Tujuannya adalah untuk membentuk susunan-susunan yang menarik, meniru bentuk pesawat terbang, petani yang bekerja, orang yang bertukang dan lain-lain.
            Kegiatan ini melibatkan kegiatan pemikiran berkoordinasi dengan tubuh dan anggota tubuh. Emosi, semangat dan kegembiraan, dan spontanitas terlibat juga. Ketekunan ketika berlatih juga diperlukan. Demikian makna kependidikan dari kegiatan ini.

g)      Pentandingan
            Pertandingan atau perlombaan olahraga, kesenian, pekerjaan tangan dan lain-lain mempunyai arti penting dalam menanamkan keaktifan. Aktivitas anak tumbuh selama tahap persiapan.

h)      Pelatihan Keindahan
            Keindahan adalah sesuatu yang dirasakan atau dihayati orang sebagai mempesona. Keindahan juga diperlukan untuk menyeimbangkan pendidikan dan pengajaran yang terlalu menekankan fungsi otak. Obyek-obyek pelatihan meliputi antara lain: alam semesta, benda-benda manusia, susunan kebun, jambangan bunga, pengaturan interior, peninggalan nenek moyang, dan karya seni.

i)        Pendidikan Sosial
            Pendidikan sosial Syafei utamanya disisipkan ke dalam berbagai mata pelajaran pekerjaan tangan dalam bentuk kegiatan-kegiatan kelompok dan gotong-royong. Ia menganggap kesosialan adalah salah satu sifat Tuhan yang harus ditanamkan dalam jiwa anak sebanyak mungkin. Pendidikan sosial tidak dapat hanya mengandalkan pengalaman hidup sehari-hari, tapi harus dipersiapkan di sekolah.

D. Prinsip Dan Metode Pendidikan
1)        Prinsip Psikologi Perkembangan
a. Perkembangan individu
    Syafei menghendaki pendidik memahami karakteristik perkembangan individu. Perhatian utamanya terhadap kanak-kanak dan anak-anak.
b. Karakteristik Masa Kanak-Kanak
1.      Pada masa ini (3-8 tahun) memiliki karakteristik senang bergerak dan main-main, egosentris mementingkan diri sendiri, sangat berani, suka berkhayal, kreatifn yang simbolis atau tidk realistis.
2.      Kanak-kanak menggambar apa yang mereka ketahui, bukan yang mereka lihat. Karena itu persepsinya akan berbeda dengan persepsi orang dewasa. Dari segi ini jangan memperlakukan mereka sebagai orang dewasa.
3.      Obyek-obyek yang mereka gambar hanyalah yang mereka ketahui, misalnya orang, rumah, pohon, hewan, benda keperluan sehari-hari dan ukir-ukiran.
4.      Mereka senang menggambar dengan garis yang kuat. Bagi mereka bentuk bukanlah hal yang utama. Apa yng dirasakaakan itlah yang penting. Mereka senang akan warna-warna yang kuat, bukan warna yang muda. Paduan warna yang mereka sukai adalah paduan warna yang kontras.
5.      Petunjuk kerja kegiatan menggambar, bekerja tanah liat, ata menempel kertas harus relatif jelas, mereka belum mampu menggambar dengan bebas.
6.      Mulai usia 8 tahun anak-anak mulai memperhatikan apa yang diluar dirinya dan bukan apa yang ada dalam dirinya seperti ketika masa kanak-kanak.
7.      Pada saat ini penguasaan teknik menggambar sangat diperlukan anak-anak. Teknik ini membantu meningkatkan daya cipta anak-anak.
8.      Ketika mencapai usia 8 tahun, aktivitas lahir dan batin anak meningkat. Keinginannya selalu bergerak saja, seperti bermain-main, bekerja, dan menolong siapa saja. Dalam aspek intelektual anak-anak mulai bersikap faktual dan obyektif, artinya mulai mempertimbangkan kenyataan. Rasa ingin tahunya kuat dan ragam.
9.      Keinginan untuk menggambar dengan bayangan atau perspektif (silhouet) dapat dipenuhi dengan jalan menggambar, menggunting kertas, dan mengerjakan tanah liat. Pekerjaan tangan tersebut sangat penting bag pertumbuhan jiwa anak yang berusia kurang dari 9 tahun.
10.  Anak- anak berumur 10 tahun memiliki banyak kegemaran. Di sekitar usia ini anak menjadi realis yang naif (kebenaran yang terbatas pada sudut pandang sendiri). Khayalannya masih besar, tetapi tertuju pada yang nyata.
11.  Umur 11-12 anak menjadi realis yang kritis. Mereka mulai dapat memahami kenyataan dari berbagai sudut pandang. Kemampuan otak untuk mengingat sangat besar. Selain itu mereka suka mengkritik orang lain.
12.  Dalam umur 12 tahun sempurnalah anak itu. Mereka dapat mengikuti perbincangan yang mudah dan mengungkapkan perasaannya dengan lebih baik dan sebelumnya. Sebab mereka telah banyak menerima pengetahuan. Mereka telah memiliki berpikir logis.

2)   Prinsip Psikologi Belajar
ü Mata, Telinga, dan Tangan
            Syafei menguraikan panjang lebar tentang bagaimana hasil pengindraan dapat sampai ke otak, memiliki manusia yang paling berharga. Ia memaparkan hasil-hasil studi psikologi tentang hal ini, dengan mengumakakan empat tipe anak dalam belajar, yang terdiri atas:
1.    Tipe visual, yaitu anak yang belajar dengan mudah bila pelajarannya disajikan dengan cara yang mengutamakan penglihatan anak. Biasanya melalui gambar, benda tiruan atau benda asli. Anak tipe ini berjumlah 5%.
2.    Tipe Auditif, yaitu anak yang mudah menangkap pelajaran dalam bentuk suara. Anak macam ini ada 2%.
3.    Tipe motorik, yaitu anak yang mudah memahami bila ia mengerjakannya. Anak tipe ini 5%.
4.    Tipe campuran ketiga tipe di atas, yaitu 88%.
     Studi lainnya menunjukkan:
     (1) Tipe visual 45%
     (2) Tipe auditif 25%
     (3) Tipe motorik 30%
Hasil-hasil studi ini, yang penting bagi Syafei, adalah adanya tipe anak-anak yang belajar melalui tangan atau motorik dan tipe campuran. Tangan yang dimaksud syafei adalah simbol bagi aktifitas atau perbuatan (Thalib Ibrahim, 1978: 35).

ü Berpikir dan Aktivitas
Sebelumnya orang beranggapan bahwa pelatihan berpikir dapat dilakukan dengan pelajaran berhitung. Tapi kini dapat ditambah dengan pelajaran bahasa dan pekerjaan tangan. Syafei mengatakan bahwa, “... berpikir itu berintikan pengalaman.” (Thalib Ibrahim, 1978: 377).
Syafei menghendaki pendidikan itu merupakan aktivitas yang bebas, karena inilah yang paling beharga dalam mengasuh jiwa anak. Perbuatan yang terikat dapat merusak jiwa anak. Pengajaran lama lebih menekankan aktivitas yang terikat. Anak menerima (reseptif) pelajaran, menyalin atau mendengar pelajaran. Kemudian menghafalkannya agar dapat diungkap ulang (reproduktif) ketika ulangan atau ujian. Biasanya yang diterimanya berupa kata-kata, kemudian lebih maju lagi, yang diterimanya melalui peragaan. Namun ini semua masih bersifat pasif, perbuatan yang terikat pada pelajaran yang sudah ada dan baku. Upaya anak yang mandiri, yang bebas dalam belajar tidal dilibatkan. Untuk mengupayakan hal ini, anak hendaknya diberi kesempatan untuk beraktivitas secara bebas. Hal ini dapat dicapai apabila pelajaran selaras dengan jiwa dan jasmani anak yang selalu bergerak, yang suka bermain-main, yang selaras dengan kemampuan anak dan menantang anak, yang memberi daya khayal kesempatan bekerja dengan bebas. Pelajaran yang demikian merupakan kegiatan kreatif atau produktif, terdapat dalam kegiatan pekerjaan tangan, di negara maju dikembangkan melalui sekolah kerja.
ü Perhatian
Perhatian dan melihat adalah dua hal yang berbeda. Perhatian lebih menuntut aktivitas jiwa dibandingkan dengan melihat. Pelajaran pekejaan tangan dapat membangkitkan perhatian anak. Syafei melihat bangsa Indonesia memiliki perhatian terhadap segala sesuatu yang acapkali bersifat tanggung, akibatnya tidak ada pekerjaannya yang sempurna yang dilandasi oleh semangat perfeksionisme.

ü Daya khayal
Daya khayal, menurt Syafei sangat penting. Daya khayal merupakan daya pendorong mengaktifkan batin. Karena daya khayal orang-orang melakukan aktivitas-aktivitas, anak-anak bermain-main mengkhayalkan pelepah daun pisang sebagai seekor kuda. Khayalan juga merupakan tenaga utama batin manusia yang mendorong mereka ke tingkat yang tinggi atau rendah dalam kehidupan.

ü Bermain
            Bermain-main adalah alat pengasuh atau pelatih abgi selurub bagian tubuh. Sebab itulah didunia maju, selain membiarkan anak-anak bermain bebas, diadakan pula kesempatan bermain yang diorganisasi dengan mengguanakan mainan keluaran pabrik, atas petunjuk ahli pendidikan dan psikologi.

ü Pekerjaan tangan
            Pelajaran pekerjaan tangan pun banyak mengandung kebebasan yang menumbuhkan khayalan. Kegitan yang selalu berdasarkan perintah akan mematikan aktivitas dan memupuk kepasifan.
                 Mengingat atau menyimpan informasi pada manusia biasanya dikaitkan dengan otak belaka. Dan pada pengajaran dengan metode lama guru menerangkan dengan kata-kata dan mureid mendengarkan yang terutama harus diingat dapat menjadi kata-kata yang tanpa arti. Menurut Syafei, kesempatan mengingat anak akan meningkat apabila pelajaran melibatkan aktivita tubuh. Ia menyatakan perenang tidak pernah lupa tentang cara berenang, tapui banyak murid lupa akan penjelasan guru. Aktivitas tubuh menimbulkan pengalaman atau  perasaan. Ini tidak atau kurang terdapat dalam pengajaran dengan kata-kata belaka. “Tubuh pun mempunyai tenaga mengingat yang besar.”
                 Pelajaran melalui pengalaman lebih besar hasilnya ketimbang melalui kata-kata belaka. Bahkan melalui kata-kata belaka dapat merusak jiwa anak. Kebiasaan dan tabiat untuk “rapi-bersih” yang ditanamkan melalui perintah saja tidak akan berhasil, anak akan biasa mengabaikan pentingnya “rapi-bersih”. Sama halnya, kebiasaan dan tabiat dan luhur lainnya yang ditanamkan melalui pidato dan slogan belaka dan bertubi-tubi, menumbuhkan kebiasaan mengabaikannya.
                 Syafei memimpikan bangsa yang gilang-gemilang di segala bidang. Ia prihatin bangsanya tidak memiliki tabiat bagus seperti yang dimiliki bangsa maju. Tabiat yang dimaksud itu: rajin, hati-hati melakukan sesuatu, hemat cermat, meneruskan sesuatu yang sudah dimulai, dan merawat (underhoud) atau memelihara (maintenance) sesuatu yang sudah dimiliki.
3) Metode Pendidikan
     a. Sekolah kerja
          Pemikiran Syafei tentang pendidikan banyak dipengaruhi oleh pemikiran pendidikan awal abad 20 di Eropa, yaitu pemikiran pendidikan yang dikembangkan berdasarkan konsep sekolah kerja atau sekolah hidup atau sekolah masyarakat.
b. Pekerjaan tangan
     Bersadasarkan pemikiran diatas ia menghendaki guru mengaktifkan pengajaran, maksudnya membuat murid menjadi aktif dalam proses pengajaran. Metode dari pengajaran yang demikian ialah pekerjaan tangan.


c. Produksi/kreasi
     Dalam menjelaskan metode ini, konsep-konsep yang sering digunakan yaitu resepsi, reproduksi, dan produksi atau kreasi. Konsep ini dapat diartikan seperti resepsi produksi yang dimaksud adalah anak sebagai obyek dan pasif,serta umunya verbalistik. Resepsi sendiri memiliki arti anak menerima yang dalam proses belajar mengajar itu diperoleh dari keterangan guru atau buku, dan nantinya anak harus menggulang yang disebut dengan reproduksi pada saat ujian. Sehingga metode lama ini lebih menuntut pendengaran dan daya ingat. Oleh karena itu perlunya revolusi dari pendidikan lama ke pendidikan baru. Revolusi ini seperti penggunaan metode produksi, dalam metode ini anak diberi kesempatan untuk aktif berbuat atau mencipta. Secara umum metode ini dapat dikatakan bahwa pengajaran hendaknya mengupayakan aktivitas seoptimal mungkin pada siswa.
d. Prinsip-prinsip mengajar lainnya
     Di samping prinsip umu metodologi pengajaran yang disebut produksi atau kreasi di atas, Syafe’i merumuskan prinsip lainnya untuk mengajar, yaitu:
1.      Bekerja dengan anggota badan yang harus dijalin dalam pelajaran.
2.      Berbagai macam keterangan dan penjelasan dengan kata-kata oleh guru mesti diganti dengan perbuatan murid.
3.      Otak harus dilatih dengan mempergunakan sifat gerakan, (motorik) dengan pekerjaan tangan dan lain-lain gerak.
4.      Pekerjaan perlu bersifat meminta dan produktif.
5.      Selain pekerjaan tangan perorangan dilakukan pula secara gotong-royong.
     Berdasarkan uraian diatas, pekerjaan tangan merupakan konsep yang bermakna luas (inclusive) pelajaran pekerjaan tangan, tetapi juga setiap metode dalam rangka mengupayakan anak menjadi subyek yang aktif adalam pembelajaran. Tentang pelajaran pekerjaan tangan ini, beliau menyatakan bahwa hal ini dalam rangka melestarikan konsep tiga serangkai (trimurti) pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. Pelajaran ini diartikan sebagai pelatihan jiwa dan pengasah otak dengan memakai alat utama yang ada dalam kebudayaan itu sendiri (Thalib Ibrahim, 1978: 21), anntara lain dengan membuat benda-benda yang berguna bagi penghidupan dengan bahan-bahan yang tersedia di lingkungan setempat.
e. Pelajar
                             Dalam pelajaran, anak hendaknya menjadi subyek (pelaku) bukan yang dikenai perlakuan (Obyek). Dengan menjadi subyek seluruh tubuh anak terlibat, juga emosi, dan pemikiran dan daya khayalnya. Keasyikan, emosi, dan spontanitas anak ketika bermain hrendaknya dapat dialihkan ke dalam proses belajar. Syafei sepemikiran dengan Frobel dan Montessori yang mempergunakan bermain-main sebagai alat belajar. “Bermain-main sambil belajar, dan belajar ketika sedang bermain-main.” (Thalib, 1978: 85)
f. Guru
                                Peranan guru adalah sebagai manajer belajar yang mengupayakan bagaimana menciptakan situasi agar siswa menjadi aktif berbuat, atau menyediakan mata pelajaran yang menuntut siswa menjadi aktif berbuat. Dengan demikian, guru juga berperan sebagai fasilitator belajar yang memperlancar aktivitas anak dalam belajar.
                        Guru yang demikian dituntut memahami anak sebagai makhluk yang selalu bergerak dan memahami psikologi belajar, serta psikologi perkembangan. Selain itu, guru juga wajib memahami isi mata-mata pelajaran agar dapat memanipulasinya untuk kepentingan aktivitas anak; juga memahami lingkungan dan kebudayaan sekitar untuk dapat memanfaatkannya sebagai alat pelatihan jiwa anak melalui aktivitas anak.
E. Sejarah Singkat INS Kayutanam
            Institut Nasional Syafei (INS) Kayutanam (sekarang bernama Institut Talenta Indonesia (ITI) didirikan pada tahun 1926 oleh seorang putra Kalimantan yang besar dan mengabdi di Ranah Minang, yaitu Mohammad Syafei. Ia merupakan figur pendidik yang sulit dicarikan tandingannya sampai sekarang. Pendirian INS Kayutanam sebenarnya sudah lama menjadi bahan pemikiran baginya. Namun, niat mulia itu baru bisa teraplikasi setelah ia menamatkan pendidikannya di Belanda sekitar tahun 1920-an. Padahal, pada waktu itu, Belanda justru sedang ‘asyik-asyiknya’ bercokol di bumi pertiwi, menjajah negeri ini. Syafei bukanlah sosok pro-kolonialisme, tetapi justru sebaliknya. Ia merupakan tokoh yang secara tidak langsung ikut berpartisipasi dalam mencapai kemerdekaan.
            Walaupun ia bersekolah di Belanda, pola pikir yang dimiliki oleh Moh. Syafei jauh berbeda dengan pemikiran orang Eropa/Barat kebanyakan. Mengecap pendidikan di negeri orang bukan alasan baginya untuk serta merta lupa pada kampung halamannya sendiri. Ia tetap menjunjung tinggi adat-adat ketimuran sebagai tempat ia lahir dan dibesarkan. Apa yang kemudian diperjuangkannya melalui dunia pendidikan merupakan salah satu bukti nyata bahwa ia bukanlah ‘kacang yang lupa pada kulitnya’. Berbekal pengalaman, pendidikan, keinginan, serta tekad yang kuat, kemudian, ia mendirikan sebuah perguruan yang diberi nama INS (Institute Nederland School), di daerah Kayutanam, Padang Pariaman.
            Pada awal pendirian perguruan INS, peserta didik Syafei hanya berjumlah dua orang. Itu pun dengan fasilitas yang serba sederhana. Bayangkan saja, anak-anak didik Moh. Syafei belajar di sebuah ruang kelas sederhana dengan kaleng minyak sebagai pengganti meja. Walaupun demikian, semangat juang dan jiwa pendidik yang tertanam dalam jiwa Syafei tak pernah luntur. Ia tak pernah mengenal kata menyerah. Segala keterbatasan tersebut, oleh Syafei justru dijadikan sebagai cambuk untuk lebih memotivasi diri demi tercapainya cita-cita luhur yang telah dirancangnya dari dulu, yaitu menciptakan anak didik yang cerdas, terampil dan tidak lagi menjadi ‘buruh’ bagi Belanda.
            Perkembangan selanjutnya, INS Kayutanam yang semula berlokasi di dekat pasar Kayutanam, dipindahkan ke Pelabihan, masih dalam kecamatan yang sama. Tanah yang baru ini merupakan hibah (wakaf) dari masyarakat setempat. Di daerah baru ini, INS lebih mendapat perhatian dari masyarakat. Mereka mulai menyadari bahwa pendidikan yang diajarkan Syafei sangat sesuai dengan jiwa dan kepribadian masyarakat Indonesia. Maka tak heran bila kemudian banyak masyarakat yang memasukkan anak-anak mereka ke perguruan INS Kayutanam.
            Mendapat sinyal yang positif dari masyarakat, Syafei pun berupaya memberikan yang terbaik bagi peserta didiknya. Mulailah ia menyusun metode baru dalam pengajaran. Fasilitas pun dibenahi. Tempat belajar didesain sedemikian rupa sehingga tercipta suasana belajar mengajar yang baik serta mencapai sasaran.

F. Pengaruh Muhammad Syafei Dalam PerkembanganPendidikan Indonesia
            Meskipun secara fisik INS Kayutanam telah tidak ada karena telah di bumi hanguskan oleh aksi militer kolonial Belanda, tetapi cita-cita nasionalisme dalam pendidikan dan prinsip-prinsip sekolah kerja yang berorientasi pada pendidikan alam sekitar tidaklah turut hancur. Cita-cita pengembangan jiwa kebangsaan masih tetap menjadi dasar acuan penyelenggaraan pendidikan Indonesia dewasa ini. Semangat prinsip-prinsip sekolah kerja yang berorientasi pada pendidikan alam sekitar, dalam bata-batas tertentu dicoba diterapkan, misalnya dalam bentuk Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Pendidikan Sistem Ganda (PSG), Sistem Belajar dengan Modul, dan sebagainya.
















KESIMPULAN

            Dari uraian materi diatas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan dan pengajaran yang tepat diberikan kepada bangsa Indonesia adalah pendidikan dan pengajaran yang mampu mengaktifkan murid. Pendidikan menurut Moh. Syafei memiliki fungsi membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam perkembangan kehidupan dan persaingan dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin antar bangsa (Thalib Ibrahim, 1978: 25). Tujuan pendidikan dan  pengajaran adalah membentuk secara terus menerus kesempurnaan lahir dan batin anak agar anak dapat mengikuti perkembangan masyarkat yang selalu mengalami perubahan dan kemajuan. tujuan personal pendidikan menurut Syafei dapat dideskripsikan dengan ringkas sebagai berikut: Manusia yang sempurna lahir dan batin karena jiwa dan hatinya terlatih dan otaknya berisi konsep-konsep ilmu, hingga ia berbuat aktif kreatif dalam menghidupi lingkungannya. Kurikulum yang dikembangkan Moh. Syafei merupakan kurikulum untuk pendidikan dasar. Meskipun demikian, untuk tahun-tahun awal sekolah dasar ia menghendaki kurikulumnya berupa pendidikan prasekolah. Muhammad Syafei mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme dalam arti konsep dan praktek penyelenggaraan pendidikan INS Kayutanam di dasarkan pada cita-cita menghidupkan jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersenjatai dirinya dengan alat daya upaya yang dinamakan aktif kreatif untuk menguasai alam.











DAFTAR PUSTAKA

Mudyahardjo, R., Pengantar Pendidikan, Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010.

Diakses melalui:
-          http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=13527:mencontoh-pendidikan-karakter-ke-ins-kayutanam&catid=11:opini&Itemid=83