PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
karakter akhir-akhir ini terdengar kian menggema. Di mana-mana orang berbicara
mengenai pendidikan karakter. Bahwa pendidikan karakter sangat penting
ditanamkan kepada anak-anak sejak usia dini, dan bahwa pendidikan karakter akan
menjadi jawaban dari berbagai persoalan yang tengah dihadapi bangsa ini. Maka,
mulailah sekolah-sekolah dan instansi pendidikan menerapkan konsep pendidikan
karakter ke dalam kurikulum yang terus dikembangkan. Namun, jauh sebelumnya Mohammad
Syafei, tokoh pendidikan nasional yang sekaligus pendiri INS Kayutanam telah
menerapkan konsep pendidikan karakter kepada murid-muridnya di sekolah
tersebut.
Moh. Syafei lahir
pada tanggal 21 Januari 1896 di Sumatra Barat. Beliau merupakan anak dari
Ibrahim Marah Sutan dan Andung Chalijah. Pendidikan yang ditempuh Moh. Syafei
adalah sekolah raja di Bukit Tinggi, dan kemudian belajar melukis di Batavia
(Jakarta), sambil mengajar di sekolah Kartini. Pada tahun 1922 Moh. Syafei
menuntut ilmu di Negeri Belanda dengan biaya sendiri. Disini ia bergabung
dengan “Perhimpunan Indonesia”, dan menjabat sebagai ketua seksi pendidikan.
Pada tanggal 31 Oktober 1926 beliau mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama
Indonesische Nederland School (INS), yang bertempat di Kayu Tanam sekitar 60km
di sebelah utara kota Padang. Saat Indonesia merdeka, Moh. Syafei diangkat
menjadi Ketua Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan untuk Sumatra dan
selanjutnya mendirikan ruang pendidikan dan kebudayaan di Padang Panjang. Moh.
Syafei pernah menjadi Menteri Pengajaran dalam kabinet Syahril II, pada tanggal
12 Maret 1946 - 2 Oktober 1946 serta menjadi anggota DPA.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
konsep pemikiran pendidikan menurut Moh. Syafei?
2.
Apa dasar
filosofis pendidikan yang dikemukakan oleh Moh. Syafei?
3.
Bagaimana Teori
Pendidikan dari Moh. Syafei?
4.
Apa saja yang
terkandung dalam prinsip dan metode pendidikan Moh. Syafei?
5.
Bagaimana
sejarah singkat INS Kayutanam yang didirikan oleh Moh. Syafei?
6.
Pemikiran apa
yang masih digunakan saat ini dari peninggalan Moh. Syafei?
PEMBAHASAN
A. Konsep Pemikiran Pendidikan Menurut Moh. Syafei
Pada saat Moh.
Syafei belajar di Belanda, beliau mempunyai tujuan memperluas wawasan dan
pengalaman, agar dapat menjawab pertanyaan, bagaimana corak pendidikan dan
pengajaran yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia yang dapat mencerdaskan
otaknya? Setelah mempelajari, menyelami, dan mempertimbangkan baik-buruknya,
sampailah pada kesimpulan bahwa pendidikan dan pengajaran yang tepat
diberikan kepada bangsa Indonesia adalah pendidikan dan pengajaran yang mampu
mengaktifkan murid. Moh. Syafei juga mempunyai prinsip pendidikan
merupakan sesuatu yang melahirkan kemandirian dan kreatifitas. Selain itu Moh.
Syafei juga mengemukakan “bahwa metode dan sistem pendidikan yang tepat untuk
bangsa yang merdeka, ialah seperti apa yang berlaku di negeri merdeka, bukan
seperti yang berlaku di negeri jajahan”
B. Dasar Filosofis Pendidikan
a.
Nasionalisme
Muhammad Syafei
mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme dalam arti konsep dan
praktek penyelenggaraan pendidikan INS Kayutanam di dasarkan pada cita-cita
menghidupkan jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersenjatai dirinya dengan
alat daya upaya yang dinamakan aktif kreatif untuk menguasai alam. Mohammad
Syafei dipengaruhi oleh pandangan-pandangan Cipto Mangunkusumo dan Douwes
Dekker dan Perhimpunan di negeri Belanda. Karena semangat nasionalismenya yang
sedang tumbuh menimbulkan pertanyaan, mengapa bangsa Belanda yang jumlahnya
sedikit dapat menguasai bangsa Indonesia yang jumlahnya sangat besar. Ternyata
faktor alam dan lingkungan masyarakat mempengaruhi jiwa manusia. Nasionalisme
dari Moh. Syafi adalah nasionalisme progmatis yang didasarkan pada agama, yaitu
nasionalisme yang tertuju pada membangun bangsa melalui pendidikan agar menjadi
bangsa yang pandai berbuat untuk kehidupan manusia atas segala sesuatu yang
diciptakan oleh Tuhan. Moh. Syafei menyatakan Tuhan tidak sia-sia menciptakan
manusia dan alam lainnya. Tiap-tiapnya mesti berguna, dan kalau ini tidak
berguna hal itu disebabkan karena kita yang tidk pandai menggunakannya.
b.
Developmentalisme
Pandangan
pendidikan Moh. Syafei sangat dipengaruhi oleh aliran Developmentalisme,
terutama oleh gagasn sekolah kerja yang dikembangkan oleh John Dewey dan George
Kerschensteiner, serta pendidikan alam sekitar yang dikembangkan Jan Ligthar. Dan
pendapat dari para tokoh tersebut adalah sebagai berikut:
Ø Pandangan John Dewey bahwa
pendidikan harus tertuju pada efesiensi sosial, atau kemanfaatan pada kehidupan
sosial, dan belajar berbuat atau belajar melalui pengalaman langsung yang lebih
dikenal dengan sebutan learning by doing, mempunyai pengaruh besar terhadap
konsep pendidikan Muhammad Syafei.
Ø Menurut Kerschensteiner, tugas utama
pendidikan adalah pengembangan warga negara yang baik, dan sekolah aktivitasnya
berusaha mendidik warga Negara yang berguna dengan jalan:
1. Membimbing anak untuk bekerja
menghidupi dirinya sendiri.
2. Menanamkan dalam dirinya
gagasan bahwa setiap pekerjaan mempunyai tempatnya masing-masing dalam member pelayanan
kepada masyarakat.
3. Mengajarkan kepada anak bahwa
melalui pekerjaannya,ia akan member sumbangan dalam turut serta membantu
masyarakat untuk kearah suatu kehidupan bersama lebih sempurna.
Gagasan dan model sekolah yang
dikembangkan Kersschenteiner sangat mempengaruhi konsep dan praktek pendidikan
Mohammad Syafei di INS Kayu Tanam.
Ø Menurut Jan Lightart, seorang
guru haruslah memperlakukan murid dengan kasih sayang. Oleh karena itu, teori
pendidikannya disebut pedagogik lemah lembut atau “soft pedagogy”. Konsep Jan
Lightart tentang sekolah kerja yang menyelenggarakan pendidikan alam sekitar,
sangat mempengaruhi konsep pendidikan Moh. Syafei yang diterapkan dalam pendidikan
INS Kayutanam.
C. Teori Pendidikan Dari Moh. Syafei
v Fungsi Pendidikan
1. Pendidikan menurut Moh. Syafei
memiliki fungsi membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam perkembangan
kehidupan dan persaingan dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin antar bangsa
(Thalib Ibrahim, 1978: 25). Disini tampak bahwa pendidikan berfungsi sebagai
instrumen yang digunakan manusia dalam mengarungi evolusi kehidupan. Manusia
tau kelompok tertentu dalam evolusi kehidupan dapat tersisih dan kalah, seperti
bangsa Indonesia kala itu, karena tingkat kesempurnaan hidup lahir dan batinnya
memang berada pada tingkat yang rendah. Untuk mengatasi hal ini, mereka
membutuhkan pendidikan yang tepat.
2. Manusia dan bangsa yang dapat
bertahan ialah manusia dan bangsa yang dapat mengikuti perkembangan masyarakat
atau zamannya. Untuk kepentingan ini ia mengusulkan konsep sekolah kerja atau
sekolah kehidupan atau sekolah masyarakat.
v Tujuan Personal Pendidikan
1. Tunjuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk secara terus
menerus kesempurnaan lahir dan batin anak agar anak dapat mengikuti
perkembangan masyarkat yang selalu mengalami perubahan dan kemajuan.
Kesempurnaan lahir dan batin ini ditafsirkan berlainan antara bangsa yang satu
dengan bangsa yang lainnya, antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang
lainnya. Namun demikian, setiap bangsa atau masyarakat ingin keluar sebagai
pemenang dalam perlombaan yang maha seru antara mereka dalam penyempurnaan
hidup lahir dan batin ini (Thalib Ibrahim, 1978: 24-25). Selain kesempurnaan
lahir dan batin ini berbeda-beda, ia juga selalu berkembang sejalan dengan
perkembangan masyarakat. Sejarah peradaban manusia menunjukkan hal ini, yaitu
perubahan dari tingkat hewani dan primitif menuju
2. Pemikiran Syafei di atas
menyarankan kesempurnaan hidup lahir dan batin yang harus selalu diperbaharui.
Hal ini terungkap dalam pemikiran G. Revesz seperti yang dikutip oleh Syafei
“bahwa lapangan pendidikan mesti berubah menurut zamannya, seandainya orang
masih beranggapan, bahwa susunan pendidikan dan pengajaran yang berlaku
sekarang adalah sebaik-baiknya dan tidak akan diubah lagi, maka orang atau
lembaga yang berpendirian dan berpikir demikian telah jauh menyimpang dari
kebenaran”. Mengenai pendidikan yang berlaku kini (zaman Hindia Belanda),
Syafei mengutarakan bahwa murid itu hanyalah dijadikan obyek dari guru, dan
guru merupakan subyek. Kini harus dirombak berupa muridlah yang merupakan
subyek yang dipimpin oleh guru dan orang tua.
3. Dari uraian diata, tujuan
personal pendidikan menurut Syafei dapat dideskripsikan dengan ringkas sebagai
berikut:
Manusia yang sempurna lahir dan batin
karena jiwa dan hatinya terlatih dan otaknya berisi konsep-konsep ilmu, hingga
ia berbuat aktif kreatif dalam menghidupi lingkungannya.
v Kurikulum
1. Kurikulum yang dikembangkan
Moh. Syafei merupakan kurikulum untuk pendidikan dasar. Meskipun demikian,
untuk tahun-tahun awal sekolah dasar ia menghendaki kurikulumnya berupa
pendidikan prasekolah. Contohnya kegiatan bermain-main dengan pasir, kertas dan
lain-lain mendapat perhatian istimewa. Dengan demikian dari segi ini, kurikulum
pendidikan dasarnya terdiri atas kurikulum pendidikan dan kurikulum pendidikan
prasekolah. Adapun dari segi tujuan personal pendidikan, kurikulumnya terdiri
atas pendidikan umum dan pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruannya disebut
sebagai pelajaran pekerjaan tangan. Yang menjadi pusat dari seluruh
kurikulumnya adalah pelajrn pekerjaan tangan. Hal ini sesuai dengan
pandangannya bahwa perbuatan atu aktivitas adalah saluran terbaik pengetahuan
menuju jiwa atau kesadaran seseorang.
2. Kurikulumnya dapat
distrukturkan dengan cara sebagai beikut:
Fungsi
|
Pelajaran
|
Pengembangan daya khayal,
logika kerja/praktis, dan tabiat/karakter.
|
·
Penggunaan bahasa ibu secara merdeka.
·
Mengarang secara merdeka.
·
Bermain pasir secara merdeka.
·
Berkebun secara merdeka.
·
Membentuk tanah liat secara merdeka.
·
Menggunting dan merekat kertas secara merdeka.
·
Bermain drama kreasi sendiri.
|
Pengembangan pengertian
konkrit atau konsep.
|
·
Membuat peraga atau peragaan antara lain: bersandiwara,
berkebun, pekerjaan tangan dengan tanah liat, kertas, rotan, bambu, daun
kelapa dan lain-lain untuk kepentingan ilmu bumi, sejarah dan ilmu hayat.
|
Beberapa mata pelajaran dibahas
Syafei secara khusus, sebagai berikut:
a) Bahasa Ibu
Bahasa ibu banyak memberi kesempatan untuk
berpikir dan melatih otak. Bahasa ibu terdiri dari 3 kategori yaitu:
§ Belajar bahasa ibu yang pasif
yaitu, belajar tata bahasanya yang merupakan bekal penting anak kelak. Disebut
pasif karena tugas anak bersifat menerima (reseptif).
§ Belajar bahasa ibu yang
setengah aktif yaitu, terjadi ketika anak berfikir sendiri atas bantuan guru,
misalnya melalui pertanyaan yang mengarahkan dari guru.
§ Belajar bahasa ibu yang aktif
yaitu, tahapan manakala anak menghasilkan sendiri atau menciptakan sendiri.
Belajar secara aktif bahasa ibu dapat terjadi melalui banyak bertanya, dialog
dengan anak tentang pengalaman anak, atau dengan memandu anak untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya sendiri melalui cerita sesuai dengan
imajinasi anak.
b) Menggambar
Menggambar adalah kegiatan menyatakan
bangunan dari suatu obyek dan rinciannya. Pelajaran menggambar melibatkan lahir
dan batin anak, dengan kepasifan atau keaktifan jiwa anak. Syafei membagi
pelajaran menggambar atas:
1. Menggambar bebas
2. Menggambar menurut contoh:
·
Gambar orang lain
·
Benda-benda buatan manusia
·
Benda-benda alam
3. Menggambar diluar kepala
4. Menggambar kerangka
5. Menggambar gelas, otak dll.
6. Menggambar garis lurus
7. Menggambar dengan cat air
8. Menggambar perspektif
c) Membersihkan Sekolah
Disekolah-sekolah kegiatan membersihkan
sekolah yang ringan-ringan dikerjakan oleh siswa dengan adanya jadwal piket
(tugas) kelas. Hal yang ditekankan oleh Syafei adalah bekerja tuntas dari awal
sampai akhir, tertib penggunaan peralatan dan langkah-langkah kerja harus
diperhatikan. Sasaran kegiatan ini adalah pembentukan tabiat yang positif.
Kerja kelompok ini merupakan sarana pelatihan kecakapan-kecakapan sosial
seperti: komunikasi, kepemimpinan, tenggang rasa, dan kerja sama.
d) Berkebun
Berkebun memiliki karakteristik fungsi
kependidikan yang sama dengan
membersihkan sekolah. Namun, berkebun memiliki kelebihan-kelebihan tertentu,
seperti aktivitas yang lebih menuntut perhatian yang berkepanjangan karena
tahapnya yang dimulai dengan persiapan, penanaman, pemeliharaan, dan pemetikan
hasil.
e) Bermain-main
Bermain-main yang dimaksud Syafei ialah
kegiatan yang menyenangkan yang
merupakan pendidikan yang penting bagi anak. Dalam permainan ini emosi
spontanitas anak muncul dan berkembangdengan luar biasa. Pemikirannya pun
bekerja merancang perbuatan dan mengambil keputusan. Beraksi dengan cepat atas
tekanan-tekanan dan aksi-aksi yang muncul untuk memenangkan permainan. Ini
statusnya sama dengan latihan-latihan berpikir yang terjadi dikelas.
f) Standen
Standen
adalah permainan kelompok dengan menyusun tubuh-tubuh anggota permainan
kesamping atau ke atas sedemikian rupa, di bantu oleh gerakan atau posisi
anggota tubuh, dan dapat diiringi nyanyian dan musik. Tujuannya adalah untuk
membentuk susunan-susunan yang menarik, meniru bentuk pesawat terbang, petani
yang bekerja, orang yang bertukang dan lain-lain.
Kegiatan
ini melibatkan kegiatan pemikiran berkoordinasi dengan tubuh dan anggota tubuh.
Emosi, semangat dan kegembiraan, dan spontanitas terlibat juga. Ketekunan ketika
berlatih juga diperlukan. Demikian makna kependidikan dari kegiatan ini.
g) Pentandingan
Pertandingan
atau perlombaan olahraga, kesenian, pekerjaan tangan dan lain-lain mempunyai
arti penting dalam menanamkan keaktifan. Aktivitas anak tumbuh selama tahap
persiapan.
h) Pelatihan Keindahan
Keindahan
adalah sesuatu yang dirasakan atau dihayati orang sebagai mempesona. Keindahan
juga diperlukan untuk menyeimbangkan pendidikan dan pengajaran yang terlalu
menekankan fungsi otak. Obyek-obyek pelatihan meliputi antara lain: alam
semesta, benda-benda manusia, susunan kebun, jambangan bunga, pengaturan
interior, peninggalan nenek moyang, dan karya seni.
i)
Pendidikan Sosial
Pendidikan
sosial Syafei utamanya disisipkan ke dalam berbagai mata pelajaran pekerjaan
tangan dalam bentuk kegiatan-kegiatan kelompok dan gotong-royong. Ia menganggap
kesosialan adalah salah satu sifat Tuhan yang harus ditanamkan dalam jiwa anak
sebanyak mungkin. Pendidikan sosial tidak dapat hanya mengandalkan pengalaman
hidup sehari-hari, tapi harus dipersiapkan di sekolah.
D. Prinsip Dan Metode Pendidikan
1)
Prinsip Psikologi Perkembangan
a. Perkembangan individu
Syafei menghendaki pendidik memahami karakteristik perkembangan
individu. Perhatian utamanya terhadap kanak-kanak dan anak-anak.
b. Karakteristik Masa Kanak-Kanak
1. Pada masa ini (3-8 tahun)
memiliki karakteristik senang bergerak dan main-main, egosentris mementingkan
diri sendiri, sangat berani, suka berkhayal, kreatifn yang simbolis atau tidk
realistis.
2. Kanak-kanak menggambar apa yang
mereka ketahui, bukan yang mereka lihat. Karena itu persepsinya akan berbeda
dengan persepsi orang dewasa. Dari segi ini jangan memperlakukan mereka sebagai
orang dewasa.
3. Obyek-obyek yang mereka gambar
hanyalah yang mereka ketahui, misalnya orang, rumah, pohon, hewan, benda
keperluan sehari-hari dan ukir-ukiran.
4. Mereka senang menggambar dengan
garis yang kuat. Bagi mereka bentuk bukanlah hal yang utama. Apa yng
dirasakaakan itlah yang penting. Mereka senang akan warna-warna yang kuat,
bukan warna yang muda. Paduan warna yang mereka sukai adalah paduan warna yang
kontras.
5. Petunjuk kerja kegiatan
menggambar, bekerja tanah liat, ata menempel kertas harus relatif jelas, mereka
belum mampu menggambar dengan bebas.
6. Mulai usia 8 tahun anak-anak
mulai memperhatikan apa yang diluar dirinya dan bukan apa yang ada dalam
dirinya seperti ketika masa kanak-kanak.
7. Pada saat ini penguasaan teknik
menggambar sangat diperlukan anak-anak. Teknik ini membantu meningkatkan daya
cipta anak-anak.
8. Ketika mencapai usia 8 tahun, aktivitas
lahir dan batin anak meningkat. Keinginannya selalu bergerak saja, seperti
bermain-main, bekerja, dan menolong siapa saja. Dalam aspek intelektual
anak-anak mulai bersikap faktual dan obyektif, artinya mulai mempertimbangkan
kenyataan. Rasa ingin tahunya kuat dan ragam.
9. Keinginan untuk menggambar
dengan bayangan atau perspektif (silhouet) dapat dipenuhi dengan jalan
menggambar, menggunting kertas, dan mengerjakan tanah liat. Pekerjaan tangan
tersebut sangat penting bag pertumbuhan jiwa anak yang berusia kurang dari 9
tahun.
10. Anak- anak berumur 10 tahun
memiliki banyak kegemaran. Di sekitar usia ini anak menjadi realis yang naif
(kebenaran yang terbatas pada sudut pandang sendiri). Khayalannya masih besar,
tetapi tertuju pada yang nyata.
11. Umur 11-12 anak menjadi realis
yang kritis. Mereka mulai dapat memahami kenyataan dari berbagai sudut pandang.
Kemampuan otak untuk mengingat sangat besar. Selain itu mereka suka mengkritik
orang lain.
12. Dalam umur 12 tahun sempurnalah
anak itu. Mereka dapat mengikuti perbincangan yang mudah dan mengungkapkan
perasaannya dengan lebih baik dan sebelumnya. Sebab mereka telah banyak
menerima pengetahuan. Mereka telah memiliki berpikir logis.
2) Prinsip Psikologi Belajar
ü Mata, Telinga, dan Tangan
Syafei
menguraikan panjang lebar tentang bagaimana hasil pengindraan dapat sampai ke
otak, memiliki manusia yang paling berharga. Ia memaparkan hasil-hasil studi
psikologi tentang hal ini, dengan mengumakakan empat tipe anak dalam belajar,
yang terdiri atas:
1. Tipe visual, yaitu anak yang
belajar dengan mudah bila pelajarannya disajikan dengan cara yang mengutamakan
penglihatan anak. Biasanya melalui gambar, benda tiruan atau benda asli. Anak
tipe ini berjumlah 5%.
2. Tipe Auditif, yaitu anak yang
mudah menangkap pelajaran dalam bentuk suara. Anak macam ini ada 2%.
3. Tipe motorik, yaitu anak yang
mudah memahami bila ia mengerjakannya. Anak tipe ini 5%.
4. Tipe campuran ketiga tipe di
atas, yaitu 88%.
Studi lainnya menunjukkan:
(1) Tipe visual 45%
(2) Tipe auditif 25%
(3) Tipe motorik 30%
Hasil-hasil studi ini, yang penting bagi
Syafei, adalah adanya tipe anak-anak yang belajar melalui tangan atau motorik
dan tipe campuran. Tangan yang dimaksud syafei adalah simbol bagi aktifitas
atau perbuatan (Thalib Ibrahim, 1978: 35).
ü Berpikir
dan Aktivitas
Sebelumnya orang beranggapan bahwa
pelatihan berpikir dapat dilakukan dengan pelajaran berhitung. Tapi kini dapat
ditambah dengan pelajaran bahasa dan pekerjaan tangan. Syafei mengatakan bahwa,
“... berpikir itu berintikan pengalaman.” (Thalib Ibrahim, 1978: 377).
Syafei
menghendaki pendidikan itu merupakan aktivitas yang bebas, karena inilah yang
paling beharga dalam mengasuh jiwa anak. Perbuatan yang terikat dapat merusak
jiwa anak. Pengajaran lama lebih menekankan aktivitas yang terikat. Anak menerima
(reseptif) pelajaran, menyalin atau mendengar pelajaran. Kemudian
menghafalkannya agar dapat diungkap ulang (reproduktif) ketika ulangan atau
ujian. Biasanya yang diterimanya berupa kata-kata, kemudian lebih maju lagi,
yang diterimanya melalui peragaan. Namun ini semua masih bersifat pasif,
perbuatan yang terikat pada pelajaran yang sudah ada dan baku. Upaya anak yang
mandiri, yang bebas dalam belajar tidal dilibatkan. Untuk mengupayakan hal ini,
anak hendaknya diberi kesempatan untuk beraktivitas secara bebas. Hal ini dapat
dicapai apabila pelajaran selaras dengan jiwa dan jasmani anak yang selalu
bergerak, yang suka bermain-main, yang selaras dengan kemampuan anak dan
menantang anak, yang memberi daya khayal kesempatan bekerja dengan bebas.
Pelajaran yang demikian merupakan kegiatan kreatif atau produktif, terdapat
dalam kegiatan pekerjaan tangan, di negara maju dikembangkan melalui sekolah
kerja.
ü Perhatian
Perhatian dan melihat
adalah dua hal yang berbeda. Perhatian lebih menuntut aktivitas jiwa dibandingkan
dengan melihat. Pelajaran pekejaan tangan dapat membangkitkan perhatian anak.
Syafei melihat bangsa Indonesia memiliki perhatian terhadap segala sesuatu yang
acapkali bersifat tanggung, akibatnya tidak ada pekerjaannya yang sempurna yang
dilandasi oleh semangat perfeksionisme.
ü Daya
khayal
Daya khayal, menurt
Syafei sangat penting. Daya khayal merupakan daya pendorong mengaktifkan batin.
Karena daya khayal orang-orang melakukan aktivitas-aktivitas, anak-anak
bermain-main mengkhayalkan pelepah daun pisang sebagai seekor kuda. Khayalan
juga merupakan tenaga utama batin manusia yang mendorong mereka ke tingkat yang
tinggi atau rendah dalam kehidupan.
ü Bermain
Bermain-main adalah alat pengasuh atau pelatih abgi
selurub bagian tubuh. Sebab itulah didunia maju, selain membiarkan anak-anak
bermain bebas, diadakan pula kesempatan bermain yang diorganisasi dengan
mengguanakan mainan keluaran pabrik, atas petunjuk ahli pendidikan dan
psikologi.
ü Pekerjaan
tangan
Pelajaran
pekerjaan tangan pun banyak mengandung kebebasan yang menumbuhkan khayalan.
Kegitan yang selalu berdasarkan perintah akan mematikan aktivitas dan memupuk
kepasifan.
Mengingat
atau menyimpan informasi pada manusia biasanya dikaitkan dengan otak belaka.
Dan pada pengajaran dengan metode lama guru menerangkan dengan kata-kata dan
mureid mendengarkan yang terutama harus diingat dapat menjadi kata-kata yang
tanpa arti. Menurut Syafei, kesempatan mengingat anak akan meningkat apabila
pelajaran melibatkan aktivita tubuh. Ia menyatakan perenang tidak pernah lupa
tentang cara berenang, tapui banyak murid lupa akan penjelasan guru. Aktivitas
tubuh menimbulkan pengalaman atau
perasaan. Ini tidak atau kurang terdapat dalam pengajaran dengan
kata-kata belaka. “Tubuh pun mempunyai tenaga mengingat yang besar.”
Pelajaran
melalui pengalaman lebih besar hasilnya ketimbang melalui kata-kata belaka.
Bahkan melalui kata-kata belaka dapat merusak jiwa anak. Kebiasaan dan tabiat
untuk “rapi-bersih” yang ditanamkan melalui perintah saja tidak akan berhasil,
anak akan biasa mengabaikan pentingnya “rapi-bersih”. Sama halnya, kebiasaan
dan tabiat dan luhur lainnya yang ditanamkan melalui pidato dan slogan belaka
dan bertubi-tubi, menumbuhkan kebiasaan mengabaikannya.
Syafei
memimpikan bangsa yang gilang-gemilang di segala bidang. Ia prihatin bangsanya
tidak memiliki tabiat bagus seperti yang dimiliki bangsa maju. Tabiat yang
dimaksud itu: rajin, hati-hati melakukan sesuatu, hemat cermat, meneruskan
sesuatu yang sudah dimulai, dan merawat (underhoud) atau memelihara
(maintenance) sesuatu yang sudah dimiliki.
3) Metode Pendidikan
a.
Sekolah kerja
Pemikiran
Syafei tentang pendidikan banyak dipengaruhi oleh pemikiran pendidikan awal
abad 20 di Eropa, yaitu pemikiran pendidikan yang dikembangkan berdasarkan
konsep sekolah kerja atau sekolah hidup atau sekolah
masyarakat.
b.
Pekerjaan tangan
Bersadasarkan
pemikiran diatas ia menghendaki guru mengaktifkan pengajaran, maksudnya membuat
murid menjadi aktif dalam proses pengajaran. Metode dari pengajaran yang
demikian ialah pekerjaan tangan.
c.
Produksi/kreasi
Dalam menjelaskan metode ini, konsep-konsep
yang sering digunakan yaitu resepsi, reproduksi, dan produksi atau kreasi.
Konsep ini dapat diartikan seperti resepsi produksi yang dimaksud adalah anak
sebagai obyek dan pasif,serta umunya verbalistik. Resepsi sendiri memiliki arti
anak menerima yang dalam proses belajar mengajar itu diperoleh dari keterangan
guru atau buku, dan nantinya anak harus menggulang yang disebut dengan
reproduksi pada saat ujian. Sehingga metode lama ini lebih menuntut pendengaran
dan daya ingat. Oleh karena itu perlunya revolusi dari pendidikan lama ke
pendidikan baru. Revolusi ini seperti penggunaan metode produksi, dalam metode
ini anak diberi kesempatan untuk aktif berbuat atau mencipta. Secara umum
metode ini dapat dikatakan bahwa pengajaran hendaknya mengupayakan aktivitas
seoptimal mungkin pada siswa.
d.
Prinsip-prinsip mengajar lainnya
Di
samping prinsip umu metodologi pengajaran yang disebut produksi atau kreasi di
atas, Syafe’i merumuskan prinsip lainnya untuk mengajar, yaitu:
1. Bekerja
dengan anggota badan yang harus dijalin dalam pelajaran.
2. Berbagai
macam keterangan dan penjelasan dengan kata-kata oleh guru mesti diganti dengan
perbuatan murid.
3. Otak
harus dilatih dengan mempergunakan sifat gerakan, (motorik) dengan pekerjaan
tangan dan lain-lain gerak.
4. Pekerjaan
perlu bersifat meminta dan produktif.
5. Selain
pekerjaan tangan perorangan dilakukan pula secara gotong-royong.
Berdasarkan uraian diatas, pekerjaan tangan
merupakan konsep yang bermakna luas (inclusive) pelajaran pekerjaan tangan,
tetapi juga setiap metode dalam rangka mengupayakan anak menjadi subyek yang
aktif adalam pembelajaran. Tentang pelajaran pekerjaan tangan ini, beliau
menyatakan bahwa hal ini dalam rangka melestarikan konsep tiga serangkai
(trimurti) pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. Pelajaran ini diartikan
sebagai pelatihan jiwa dan pengasah otak dengan memakai alat utama yang ada
dalam kebudayaan itu sendiri (Thalib Ibrahim, 1978: 21), anntara lain dengan
membuat benda-benda yang berguna bagi penghidupan dengan bahan-bahan yang
tersedia di lingkungan setempat.
e.
Pelajar
Dalam
pelajaran, anak hendaknya menjadi subyek (pelaku) bukan yang dikenai perlakuan
(Obyek). Dengan menjadi subyek seluruh tubuh anak terlibat, juga emosi, dan
pemikiran dan daya khayalnya. Keasyikan, emosi, dan spontanitas anak ketika
bermain hrendaknya dapat dialihkan ke dalam proses belajar. Syafei sepemikiran
dengan Frobel dan Montessori yang mempergunakan bermain-main sebagai alat
belajar. “Bermain-main sambil belajar, dan belajar ketika sedang bermain-main.”
(Thalib, 1978: 85)
f.
Guru
Peranan
guru adalah sebagai manajer belajar yang mengupayakan bagaimana menciptakan
situasi agar siswa menjadi aktif berbuat, atau menyediakan mata pelajaran yang
menuntut siswa menjadi aktif berbuat. Dengan demikian, guru juga berperan
sebagai fasilitator belajar yang memperlancar aktivitas anak dalam belajar.
Guru yang demikian
dituntut memahami anak sebagai makhluk yang selalu bergerak dan memahami
psikologi belajar, serta psikologi perkembangan. Selain itu, guru juga wajib
memahami isi mata-mata pelajaran agar dapat memanipulasinya untuk kepentingan aktivitas
anak; juga memahami lingkungan dan kebudayaan sekitar untuk dapat
memanfaatkannya sebagai alat pelatihan jiwa anak melalui aktivitas anak.
E.
Sejarah Singkat
INS Kayutanam
Institut
Nasional Syafei (INS) Kayutanam (sekarang bernama Institut Talenta Indonesia
(ITI) didirikan pada tahun 1926 oleh seorang putra Kalimantan yang besar dan
mengabdi di Ranah Minang, yaitu Mohammad Syafei. Ia merupakan figur pendidik
yang sulit dicarikan tandingannya sampai sekarang. Pendirian INS Kayutanam sebenarnya
sudah lama menjadi bahan pemikiran baginya. Namun, niat mulia itu baru bisa
teraplikasi setelah ia menamatkan pendidikannya di Belanda sekitar tahun
1920-an. Padahal, pada waktu itu, Belanda justru sedang ‘asyik-asyiknya’
bercokol di bumi pertiwi, menjajah negeri ini. Syafei bukanlah sosok
pro-kolonialisme, tetapi justru sebaliknya. Ia merupakan tokoh yang secara
tidak langsung ikut berpartisipasi dalam mencapai kemerdekaan.
Walaupun
ia bersekolah di Belanda, pola pikir yang dimiliki oleh Moh. Syafei jauh
berbeda dengan pemikiran orang Eropa/Barat kebanyakan. Mengecap pendidikan di
negeri orang bukan alasan baginya untuk serta merta lupa pada kampung
halamannya sendiri. Ia tetap menjunjung tinggi adat-adat ketimuran sebagai
tempat ia lahir dan dibesarkan. Apa yang kemudian diperjuangkannya melalui
dunia pendidikan merupakan salah satu bukti nyata bahwa ia bukanlah ‘kacang
yang lupa pada kulitnya’. Berbekal pengalaman, pendidikan, keinginan, serta
tekad yang kuat, kemudian, ia mendirikan sebuah perguruan yang diberi nama INS
(Institute Nederland School), di daerah Kayutanam, Padang Pariaman.
Pada
awal pendirian perguruan INS, peserta didik Syafei hanya berjumlah dua orang.
Itu pun dengan fasilitas yang serba sederhana. Bayangkan saja, anak-anak didik
Moh. Syafei belajar di sebuah ruang kelas sederhana dengan kaleng minyak
sebagai pengganti meja. Walaupun demikian, semangat juang dan jiwa pendidik
yang tertanam dalam jiwa Syafei tak pernah luntur. Ia tak pernah mengenal kata
menyerah. Segala keterbatasan tersebut, oleh Syafei justru dijadikan sebagai
cambuk untuk lebih memotivasi diri demi tercapainya cita-cita luhur yang telah
dirancangnya dari dulu, yaitu menciptakan anak didik yang cerdas, terampil dan
tidak lagi menjadi ‘buruh’ bagi Belanda.
Perkembangan
selanjutnya, INS Kayutanam yang semula berlokasi di dekat pasar Kayutanam,
dipindahkan ke Pelabihan, masih dalam kecamatan yang sama. Tanah yang baru ini
merupakan hibah (wakaf) dari masyarakat setempat. Di daerah baru ini, INS lebih
mendapat perhatian dari masyarakat. Mereka mulai menyadari bahwa pendidikan
yang diajarkan Syafei sangat sesuai dengan jiwa dan kepribadian masyarakat
Indonesia. Maka tak heran bila kemudian banyak masyarakat yang memasukkan
anak-anak mereka ke perguruan INS Kayutanam.
Mendapat sinyal yang positif dari
masyarakat, Syafei pun berupaya memberikan yang terbaik bagi peserta didiknya.
Mulailah ia menyusun metode baru dalam pengajaran. Fasilitas pun dibenahi. Tempat
belajar didesain sedemikian rupa sehingga tercipta suasana belajar mengajar
yang baik serta mencapai sasaran.
F.
Pengaruh Muhammad Syafei Dalam PerkembanganPendidikan Indonesia
Meskipun secara fisik INS Kayutanam
telah tidak ada karena telah di bumi hanguskan oleh aksi militer kolonial
Belanda, tetapi cita-cita nasionalisme dalam pendidikan dan prinsip-prinsip
sekolah kerja yang berorientasi pada pendidikan alam sekitar tidaklah turut
hancur. Cita-cita pengembangan jiwa kebangsaan masih tetap menjadi dasar acuan penyelenggaraan
pendidikan Indonesia dewasa ini. Semangat prinsip-prinsip sekolah kerja yang
berorientasi pada pendidikan alam sekitar, dalam bata-batas tertentu dicoba
diterapkan, misalnya dalam bentuk Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Pendidikan
Sistem Ganda (PSG), Sistem Belajar dengan Modul, dan sebagainya.
KESIMPULAN
Dari uraian materi diatas dapat kita
simpulkan bahwa pendidikan dan
pengajaran yang tepat diberikan kepada bangsa Indonesia adalah pendidikan dan
pengajaran yang mampu mengaktifkan murid.
Pendidikan menurut Moh. Syafei
memiliki fungsi membantu manusia keluar sebagai pemenang dalam perkembangan
kehidupan dan persaingan dalam penyempurnaan hidup lahir dan batin antar bangsa
(Thalib Ibrahim, 1978: 25). Tujuan pendidikan dan pengajaran adalah membentuk secara terus
menerus kesempurnaan lahir dan batin anak agar anak dapat mengikuti
perkembangan masyarkat yang selalu mengalami perubahan dan kemajuan. tujuan
personal pendidikan menurut Syafei dapat dideskripsikan dengan ringkas sebagai
berikut: Manusia yang sempurna lahir dan batin karena jiwa dan hatinya terlatih
dan otaknya berisi konsep-konsep ilmu, hingga ia berbuat aktif kreatif dalam
menghidupi lingkungannya. Kurikulum yang dikembangkan Moh. Syafei merupakan
kurikulum untuk pendidikan dasar. Meskipun demikian, untuk tahun-tahun awal
sekolah dasar ia menghendaki kurikulumnya berupa pendidikan prasekolah. Muhammad Syafei mendasarkan konsep pendidikannya pada nasionalisme
dalam arti konsep dan praktek penyelenggaraan pendidikan INS Kayutanam di dasarkan
pada cita-cita menghidupkan jiwa bangsa Indonesia dengan cara mempersenjatai
dirinya dengan alat daya upaya yang dinamakan aktif kreatif untuk menguasai
alam.
DAFTAR PUSTAKA
Mudyahardjo, R., Pengantar Pendidikan, Penerbit PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2010.
Diakses melalui:
-
http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=13527:mencontoh-pendidikan-karakter-ke-ins-kayutanam&catid=11:opini&Itemid=83